Di paruh Kompetisi Kejuaraan Equestrian Champions League (ECL) yang diselenggarakan secara serentak mulai 15 Juli hingga 29 Juli 2020 di dua tempat yakni APM Equestrian Centre Tigaraksa Banten untuk seri 3 dan Jakarta Ienternational Equestrian Centre (JIEP) Pulomas Jakarta Timur performa M. Akbar Kurniawan dirasakan menurun. Aan (sapaan akrabnya) yang sudah sangat tangguh di kelas dressage (Prelimentary U18 dan Elementary Open) serta diatas kertas mampu mengunci gelar juara umum di kedua kelas tersebut harus jatuh bangun mempertahankan keunggulannya di dua kelas Jumping (SJ 110 cm Open dan SJ 120 cm Open). Meskipun posisi AAn masih sangat kokoh di kelas SJ 100 cm Open, tak urung fenomena ini membuat H. Fatchul Anas selaku Ayahanda Aan sekaligus pemilik Kurnia Stable tempat Aan bernaung mulai was-was. Ada apa dengan M. Akbar Kurniawan yang tampil dibawah performa dalam pertandingan-pertandingan krusial?

“Kita tetap bersyukur dengan hasil ini, Aan meraih medali emas di kelas SJ 100cm Open dan medali perak dikelas SJ 120 cm Open di ECL seri 4 JIEP. Yang pasti akan kami evaluasi lagi hasil ini, sejauh kami lihat memang ada faktor kelelahan fisik Aan. Setelah libur bertanding cukup lama akibat masa pandemi, di ECL seri 3 dan 4 ini Aan yang ikut di banyak kelas harus turun sejak hari pertama kejuaraan hingga saat ini, jadi kami lihat ada faktor fisik disitu.” Terang H. Fatchul Anas kepada berkuda.com saat ditemui usai pertandingan Kejuaraan ECL seri 4 JIEP.

Anas (sapaan akrab beliau) juga menambahkan bahwasanya ada juga pengaruh kuda dalam kegagalan Aan dilomba tersebut. Seperti kuda Malika yang menjadi partner Aan dikelas SJ 120 cm Open. Menurut Anas kuda Malika yang lama diistirahatkan selama masa pandemi memang belum sepenuhnya pulih untuk turun tanding, hingga bisa disaksikan ibarat mesin Kuda Malika sempat mati mesin ditengah course yang membuat Aan kehilangan banyak waktu.

“Untuk kedepannya Kami akan menjaga lebih baik lagi kondisi kuda-kuda dan juga atlitnya seperti dengan memberi asupan-asupan vitamin yang baik untuk menjaga kondisi kuda dan atlit.” Lanjut Anas.

Mengenai sistem pertandingan yang berpindah-pindah tempat antara Tigaraksa Tangerang dan Pulomas Jakarta Timur, Anas pun sempat menyampaikan keluhannya. Menurut Anas, dengan sistem tersebut pasti ada pengaruhnya bagi sisi atlit dan kuda.

“Bagaimanapun inikan sistem yang baru, dan semua peserta tentu harus taat menjalani aturan dari pihak penyelenggara Kejuaraan ECL, tentu nantinya pihak penyelenggara juga akan mengevaluasi efesiensi dari sistem pertandingan ini.” Tutup Anas.

Dari hasil pertandingan di Kejuaraan ECL seri 4 tersebut, Aan pun masih memiliki kesempatan besar untuk merajai dikelas SJ 100 cm Open, SJ 110 cm Open dan SJ 120 cm Open, namun tentu diperlukan perjuangan ekstra keras Aan dan tim Kurnia Stable untuk kembali mengamankan posisi Aan terutama di dua kelas terakhir.