Perjalanan panjang seorang Mohammad Chaidir Saddak menuju kursi Ketua Umum PP Pordasi memiliki cerita yang tentunya tidak bisa dilepaskan dalam sejarah perkembangan olahraga berkuda di tanah air. Pahit manis dan asam garam maju mundurnya olahraga berkuda di Indonesia pun sudah menjadi bagian dari sisi kehidupan pria yang akrab disapa Eddy Saddak ini.
“Keterlibatan saya di Pordasi berawal saat saya berkecimpung di Pordasi Jabar selepas saya tamat kuliah di Amerika Serikat pada tahun 1985. Beberapa tahun kedepan saya mulai terlibat sebagai ketua kontingen Pordasi Jabar untuk event-event kejurnas. Misi saya waktu itu adalah ingin mengumpulkan potensi-potensi muda yang ada di wilayah Jawa Barat.” Ujar Eddy Saddak ketika ditemui dikantornya yang terletak dibilangan Pondok Indah Jakarta Selatan.
Keterlibatan Eddy pun tak sia-sia, Kontingan Jabar semakin berkembang dengan tembus runer up Kejurnas, sementara di era tahun 1989 hingga 1991, Kontingen Jabar semakin kokoh dengan menguasai peringkat pertama Kejurnas.
Memasuki tahun 1997, Eddy yang waktu itu menjabat wakil ketua Dewan Steward Pacuan pun sempat mengalami surutnya geliat olahraga berkuda di Indonesia pasca badai krisis moneter yang sempat melanda perekonomian Indonesia kala itu.
“Pasca krisis moneter praktis kegiatan berkuda seolah mati suri dan berimbas pada event-event kejuaraan dalam negeri yang sepi. Sekalipun ada kegiatan paling hanya sekedar latihan-latihan bersama saja.” Kenang Eddy Saddak.
Di era tahun 1999, Eddy menggagas untuk kembali mengumpulkan para penggemar berkuda dengan tujuan untuk menghidupkan kembali olahraga berkuda di tanah air. Sejak saat itu, olahraga berkuda kembali bergairah meskipun sebatas di cabang pacuan karena banyak dukungan dari penggemar-penggemar kuda pacuan di berbagai daerah, sementara untuk kategori equestrian masih sepi.
Berlanjut ke tahun 2002, Eddy dipercaya sebagai wakil ketua Komisi Pacuan di Pordasi Pusat, dikarenakan ketua Komisi Pacuan pada waktu itu tidak aktif, akhirnya Eddy pun naik sebagai penggantinya. Berbekal pengalamannya tersebut dan juga dukungan dari berbagai pihak, akhirnya Eddy Saddak pun mencalonkan diri sebagai ketua umum PP Pordasi yang dilaksanakan pada Munas Pordasi tahun 2008.
“Pada Munas 2008 saya gagal dalam proses pemilihan, namun ketua terpilih waktu itu mempercayakan saya sebagai wakilnya. Seiring perjalanan waktu, ketua umum waktu itu juga tidak aktif dan akhirnya pada tahun 2011 saya secara resmi memimpin PP Pordasi hingga saat ini.” Tambah Eddy Saddak.
Sebagai ketua umum PP Pordasi, tentu Eddy memiliki keinginan kuat menjadikan olahraga berkuda Indonesia bisa semakin maju baik didalam dan luar negeri. Eddy pun sangat menginginkan dua cabang berkuda yakni pacuan dan equestrian Indonesia bisa go internasional.
Foto: istimewa (google)