Kompetisi liga berkuda, Equestrian Champions League (ECL) Indonesia 2020 sukses menggelar seri perdananya. Event yang berlangsung selama 3 hari, (14-16/02) ini berhasil menjadi event pertama di Indonesia yang memiliki sistem peringkat untuk atlet, kuda, dan klub.
“ECL Indonesia ini adalah liga berkuda pertama yang ada di Indonesia. Dalam membuat ajang kompetisi ini, kami bertujuan untuk memberikan pembinaan berkesinambungan. Jadi, equestrian ini kan cabang olahraga prestasi, artinya ada jenjang prestasinya yang harus di perhatikan, apakah harus di pertahankan atau ditingkatkan, itu semua kan harus ada pengukurannya. Di event ini, setiap pemenang dan juga seluruh peserta yang berpartisipasi di ECL akan di lihat peringkatnya pada klasemen ECL,” jelas Adinda Yuanita, pendiri ECL Indonesia.
“Selain itu, poin peringkat di ECL ini bisa menjadi aspek penyeleksian untuk siapa atlet yang berangkat membela Indonesia di event-event Internasional. Jadi kita sudah tidak bisa lagi jika ingin ikut di multievent Internasional, kualifikasi nya dadakan, paling tidak ECL ini membantu dalam segi system point-nya,” lanjutnya.

Pada seri pertama yang dihelat di venue berkuda Jakarta International Equestrian Park, Pulomas ini, terhitung total ada sekitar 500 entry serta lebih dari 130 kuda dari berbagai klub di pulau Jawa.
ECL Indonesia menyiapkan 9 kelas liga disiplin Show Jumping dan 6 kelas liga disiplin Dressage, serta beberapa kelas non liga lainnya. Antusias dari para rider Nasional pun terbilang sangat besar. Mulai dari atlet anak-anak, junior, hingga senior ikut memeriahkan event ini.
Target lain dari event ini adalah untuk mensosialisasikan olahraga berkuda untuk masyarakat luas. Banyak atlet berkuda Indonesia yang memiliki prestasi di kancah internasional, namun masih sedikit penggemarnya seperti olahraga dunia lainnya.
Meski, pada hari Sabtu (15/02), dimana untuk hari itu dikhususkan untuk pertandingan dressage, bangku-bangku tribun di arena JIEPP itu terlihat kurang ramai.
“Ya mungkin masih belum banyak yang tertarik pada disiplin Dressage ini, karena memang saat tanding pun situasi harus tenang, tidak ada musik yang keras jadi kelihatannya sepi. Namun, di situlah tugas kami untuk mensosialisasikan kepada masyarakat untuk lebih mengenal dunia berkuda khususnya equestrian disiplin Dressage. Karena, Dressage itu disiplin yang sangat penting untuk atlet berkuda, dimana dasarnya mereka bisa masuk ke disiplin Show Jumping adalah berawal dari latihan Dressage,” papar Nadia Marciano yang juga sebagai pendiri ECL Indonesia.
“Maka dari itu, kami coba cari cara agar bisa menarik perhatian. Pada seri ini kami selipkan hiburan seperti pertunjukan barongsai dan penampilan dari 3 klub cheerleaders. Serta juga ada banyak foodtruck serta booth yang menjual makanan minuman dan yang lainnya. Kami akan coba terus bagaimana agar olahraga equestrian menjadi cabor yang populer di Indonesia,” lanjut Nadia.

Meriahnya event ini sempat terhenti karena turunnya hujan yang lumayan lebat di hari Minggu (16/02). Terlebih angin kencang membuat beberapa rintangan untuk kelas liga Show Jumping 120cm terjatuh. Pertandingan yang terhenti selama kurang lebih 30 menit kembali di lanjutkan dengan rintiknya hujan.
“Overall, yang saya lihat, Alhamdulillah seri ini berjalan lancar. Seri ini mendapat animo yang cukup besar. Untuk harapan di seri berikutnya yang pasti semoga bisa lebih baik, lebih ramai dan kepada para peserta saya harap bisa menjaga kondisi tubuh atlet dan kuda agar bisa tampil good condition nanti,” tutup Adinda.
ECL Indonesia akan berlangsung selama 6 seri. Seri berikutnya atau seri kedua akan di gelar di Adria Pratama Mulya (APM), Banten, 6-8 Maret mendatang.