Pada hari Rabu (10/6) rombongan Pengprov Pordasi Banten menyambangi sebuah rumah milik Asep di Kampung Pasir Bungur, Desa Rangkasbitung Girang, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Banten. Kedatangan Pengprov Pordasi Banten yang dipimpin langsung Nadia Marciano untuk menemui Asep memang memiliki alasan tersendiri, tak hanya karena Asep merupakan pemilik kuda, namun terlebih dari itu Asep memiliki kepedulian tinggi terhadap minat baca khususnya anak-anak di seputaran Rangkasbitung. Dan dalam kegiatannya menumbuhkan minat baca tersebut, Asep juga menggunakan delmannya sebagai alat transportasi.
Asep yang bernama asli Kusmayadi adalah seorang kusir delman yang telah mendalami profesinya itu selama 16 tahun. Profesi kusir delman memang melekat pada keluarga besar Asep yang merupakan prekerjaan turunan dari Sang Ayah, hingga tak heran bila kuda-kuda Asep yang saat ini berjumlah 6 ekor semua di kusiri mulai dari Ayah, Adik, Keponakan dan Ipar yang salah satunya adalah kusir wanita.
“Minat baca anak-anak Indonesia sebenarnya bagus, namun saja buku yang tak mendatanginya, ketika buku-buku kita datangi, mereka antusias membacanya.” Ujar Asep yang merupakan salah satu pegiat pustaka di Rangkasbitung. Bahkan presenter terkenal Indonesia, Najwa Shihab juga pernah menghadiahi Asep seekor kuda yang diberi nama Putra.
Sekitar tahun 2014 – 2015, Asep sudah memulai kegiatan sosialnya bertajuk “Mengantar Aksara Menghampiri Kampung Warga Menebar Budaya Cinta Membaca Lewat Delman Pustaka”. Sementara kegiatan delman pustaka merupakan kegiatan Asep beserta keluarganya yang dilaksanakan seminggu sekali. Biasanya setiap Minggu sore Asep dengan kudanya berkeliling kampung membawa buku-buku bacaannya yang bisa dibaca anak-anak di kampung yang Ia singgahi.
“Rangkasbitung masih endapatkan raport merah dalam hal literasi. Sekitar 51 ribu anak-anak masih buta huruf. Buku masih mejadi barang mewah bagi mereka. kehadiran delman pustaka turut menyita perhatian anak-anak di kampung yang saya singgahi, hingga kadang mereka membantu kuda dan delman saya dalam melintasi medan-medan yang sulit dalam perjalanan ke kampung tujuan.” Terang pria berusia 32 tahun ini.
Antusiasme anak-anak dalam membaca buku pun semakin tumbuh manakala Asep sering memberikan tantangan bahwa siapapun yang bisa menceritakan isi buku yang telah dibacanya, maka Asep memperbolehkannya naik delman secara gratis.
“Melihat senyum bahagia mereka adalah motivasi saya. Saya ingin hidup saya bermamfaat untuk banyak orang. Bisa menambah wawasan anak-anak, dan dengan delman pustaka saya berharap anak-anak semakin menyukai membaca dan gemar literasi.” Lanjut Asep.
Kedua orangtua Asep yang awalnya tidak tahu kegiatan delman pustaka nya pun sempat mempertanyakan untuk apa kegiatan tersebut dilakukan Sang Anak, namun setelah tahu tujuan mulia Sang Anak, orangtuanya pun sangat bangga akan kegiatan Asep yang positif bagi tumbuh kembang anak-anak.
“Menjadi pegiat literasi ditengah keterbatasan tentu bukanlah hal yang mudah. Asep dengan segala keterbatasannya tapi mau membantu orang-orang yang lemah.” Ujar Ibunda Asep didampingi Kosim, sang ayah.
Sementara koleksi buku-buku milik Asep dibeli dari tabungannya setelah menyisipkan beberapa rupiah dari penghasilan per harinya yang berkisar antara Rp 70.000,- hingga 100.000,- perhari. Kadang Asep juga membeli buku-buku dari hasil berjualan kain khas ikat kepala khas Banten. Saat melayani pelanggan delmannya, Asep tak jarang menceritakan kegiatan delman pustakanya yang akhirnya membuat beberapa pelanggan turut menyumbangkan buku-buku untuk menambah koleksi Asep. Buku-buku yang tersimpan dalam rak merupakan barang wajib yang selalu dibawanya bahkan ketika Asep meneria tugas arak-arakan hajatan. Asep pun menyadari harapan anak-anak untuk selalu mempertahankan delman pustaka sebagai satu akses anak-anak tersebut untuk menambah wawasannya akan literasi.
“Saya percaya manusia itu tidak diciptakan untuk diam di satu tempat, tapi dirancang untuk terus bergerak. Gerakan saya bersama delman pustakaadalah bukti saya tidak berdiam diri daalam membangun pendidikan di negeri ini,atau minimal sudah saya mulai dari kota ini. Saya hanya ingin agar anak-anak Rangkasbitung tidak kalah dengan anak-anak dari kota lainnya.” Tutup Asep.