Secara umum, dibalik kesuksesan atlit berkuda dalam suatu pertandingan, para penggemar olahraga unik ini hanya menyoroti peranan sang atlit, pelatih dan juga kuda yang mengantarkannya ke tangga juara. Namun dibalik itu semua ada beberapa peran penting lagi yang turut andil dalam keberhasilan sang atlit yakni tenaga perawatan dan pemasangan sepatu kuda atau yang biasanya dipanggil tukang tapal.
Meskipun tak masuk dalam urusan teknis atau strategi dalam pertandingan, namun peranan para tukang tapal ini secara tidak langsung harus bisa menjamin kuda-kuda nyaman melangkah, berlari dan juga melompat. Dan dalam kesempatan ini, berkuda.com mendapatkan kesempatan berharga dari seorang tukang tapal senior di Indonesia yakni Ece Dail Falahudin.
Perjalanan Ece (sapaan akrab beliau) dalam menekuni bidang sepatu kuda memang tidak mudah, serangkaian pengalamannya dan kemauan kerasnya untuk belajar menjadi tukang tapal kuda yang profesional pun harus memakan waktu bertahun-tahun sebelum akhirnya menjadi seperti sekarang ini.
“Saya mengawali bekerja sebagai tenaga groom pada tahun 1982 di daerah Pamulang dan pindah ke Pulomas di tahun 1984 sebagai perawat kuda pacu. Kira-kira tahun 1986 ada salah satu senior saya di bagian tapal yang memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar dan membantunya, hingga di tahun 1986 sampai 1992 saya menjadi asistennya,”Tutur Ece memulai kisah sejarah hidupnya.
Selepas tahun 1992, Ece pun memulai solo karirnya sebagai tukang tapal sebagai tenaga lepas yang mengurusi kuda-kuda cabang equestrian. Ece pun semakin nyaman bekerja sebagai tukang tapal apalagi kuda-kuda equestrian terbilang lebih jinak saat proses perawatan dan pemasangan tapal ketimbang kuda pacu.
“Kemudian saya bekerja di Arthayasa Stable, waktu itu saya sempat menyampaikan keinginan saya kepada pemilik Arthayasa Stable (Rafiq Radinal) untuk lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang tapal, hingga sempat didatangkan tenaga-tenaga ahli dari Australia, Selandia Baru dan Swedia yang memberikan pelatihan selama dua minggu hingga saya meraih sertifikat,” Lanjut Ece yang bermukim di wilayah Cianjur ini.
Tak berhenti di situ, Rafiq Radinal pun membawa Ece ke salah satu pertandingan berkuda tingkat Asia yang diselenggarakan di Malaysia pada tahun 2001. Kebetulan dalam pagelaran tersebut juga diadakan lomba khusus bagi para tukang tapal se Asia dan Ece pun ikut sebagai salah satu pesertanya. Bahkan Rafiq Radinal pun memberikan semangat yang besar bagi Ece untuk bisa menjuarai lomba yang diikuti 130 peserta tersebut.
“Setelah belajar dulu selama tiga hari, lomba pun digelar dalam empat kategori yaitu shoe making, cool shoeing, hot shoeing dan eagle eye. Alhamdulillah saya berhasil meraih gelar juara umum dari empat kategori tadi yang membuat saya akhirnya sering mendapat panggilan ke Thailand, Singapura, Philippina dan Malaysia,” Tambah Ece yang kini hanya fokus untuk bekerja di dalam negeri.
Berkat prestasinya tersebut, Ece pun sempat melahirkan para junior-juniornya di bidang perawatan dan pemasangan sepatu kuda tersebut. Diawali mengikuti pelatihan dan menjadi asistennya, kini para junior-juniornya tersebut bisa mapan dan berhasil sebagai tukang tapal profesional, apalagi dengan seiring berkembang dan majunya olahraga berkuda di Indonesia, profesi sebagai tukang tapal pun kini menjelma sebagai salah satu profesi yang menggiurkan dengan penghasilan yang menjanjikan.
Lalu bagaimana kisah selanjutnya? Nantikan PENTINGNYA TUKANG TAPAL DI OLAHRAGA BERKUDA BAGIAN 2.